-c- Pada tengah malam saat
aku tertidur, karena menunggu telponnya yang tak kunjung datang. Suara dari
telpon genggamku yang nyaring membangunkan tidurku.
“aishhh~ siapa yang meneleponku tengah malam
seperti ini?” keluhku
“yeoboseyo?” kataku malas
“hey! Jangan begitu~ bangun! Aku ingin
mendengar suaramu!” bentaknya. Dalam sekejap aku terbangun
“Yongguk?” tanyaku heran
“iya~ hehehe” terdengar ia sedang terkekeh
“aku kira kau tak akan menelponku” kataku
“hahaha~ maaf aku baru saja selesai latihan.
Simpan nomorku ini ya!” serunya
“ne~
bagaimana latihanmu?” tanyaku
“seperti biasa sangat melelahkan”
“ayolah~ jangan pernah anggap latihanmu adalah
suatu yang melelahkan anggap saja itu hal yang sangat menyenangkan dan kau akan
menikmatinya perlahan” kataku menyemangati
“Ne! Akan ku ingat kata-katamu!” serunya
tak terasa aku
menghabiskan sepanjang malamku hari ini bercengkrama bersamanya. Dan saking
lelahnya aku dan dia tertidur. Entah siapa yang lebih tertidur lebih dulu
namun, aku merasa sangat bahagia.
Keesokan harinya…
Seperti biasa aku ditinggal sendiri dirumah.
Omma dan Appa pergi keluar kota untuk menyelesaikan urusan kantor. Pagi ini aku
berniat untuk sekedar lari pagi untuk menghilangkan rasa bosan. Saat aku
membuka pintu gerbang rumahku, berdiri sesosok namja yang aku kenal.
“Yongguk?” tanyaku heran
“ahk~ ne~ Minyoung~” sapanya ramah sambil
tersenyum
“kenapa kamu disini?”
“aku… aku… hanya… hanya ingin melihatmu”
katanya sambil tersenyum malu. Kata-katanya tadi berhasil membuat wajahku
memerah seketika.
“me.. me lihatku?” tanyaku terbata-bata
“ne~ na bogoshipoyo~” ia dengan cepat menarik
tanganku dan mendekapku kedalam pelukannya. Dan aku yang terkejut hanya bisa
terdiam kaku.
“aku sangat merindukanmu Minyoung” katanya
sambil mengeratkan pelukannya
“bagaimana dengan latihanmu?” tanyaku.
Tiba-tiba ia melepas pelukannya
“aku bosan latihan aku ingin berjalan-jalan
hari ini” katanya enteng.
“jangan pernah membolos latihan lagi.” Kataku
“aku tak membolos aku hanya pergi
berjalan-jalan sebentar” katanya
“jika kau tak mau latihan, aku tak akan pernah
menerima telponmu lagi” kataku ketus
“hei~ jangan begitu. Sepertinya kau ingin lari
pagi. Mari aku temani kau lari pagi.” Katanya mengalihkan pembicaraan seraya
menarik tanganku. Aku yang tak tahu harus berbuat apa hanya mengikutinya.
Sepanjang lari pagi,
aku melihatnya begitu bahagia. Sangat terbuka dan ceria, kami bercanda dan
tertawa bersama seperti tak ada beban. Karena hari sudah beranjak siang dan aku
belum makan, aku memutuskan untuk mengajaknya pulang.
“Yongguk, aku lelah aku ingin pulang” kataku
“ah… padahal aku ingin terus bersamamu~ aku
sangat nyaman bersamamu seperti ini” katanya
“kita masih bisa bertemu besok, kan?” kataku
“baiklah, aku akan mengantarmu pulang.”
“tidak, tidak usah aku bisa pulang sendiri lagi
pula aku ingin membeli sesuatu” kataku menolak
“oh begitu.. baiklah...” katanya pasrah
“ne~ annyeong Yongguk~ hati-hati dijalan~”
kataku sambil menjauh. Tapi tiba-tiba ia memelukku lagi. Tapi kali ini terasa
sangat hangat.
“maukah kau menjadi pacarku?” bisiknya
ditelingaku.
“a.. aku.. aku… kita… baru saja bertemu..
jadi.. aku belum begitu mengenalmu. Biarkan aku mengenalmu lebih jauh..” kataku
terbata-bata. Aku baru sadar bahwa Yongguk adalah orang yang sangat cepat dan
tak terduga dalam segala hal.
“tak perlu~ aku tak suka menunggu~ aku tak
ingin menunggu lebih lama” katanya
“aku punya banyak kelemahan…” kataku
“apapun kekuranganmu aku terima, aku tidak bisa
terlalu lama memendamnya, aku menerimamu apa adanya. Aku jatuh cinta padamu
saat kau mengelus rambutku, saat kau tersenyum padaku, saat kau menyemangatiku
kau sangat mirip Ommaku Youngmin” katanya meyakinkanku. Mendengar kata-kata
tadi aku percaya bahwa Yongguk sangat mencintaiku. Begitu pula aku, yang kini
percaya bahwa aku sangat mencintai namja dengan suara berat ini.
“ya baiklah.. aku mau…” kataku malu. Ia
melepaskan pelukannya dan memandangiku bahagia, sangat bahagia. Lalu ia
memelukku lagi. Dan berbisik ditelingaku.
“saranghae minyoung~” bisikannya membuat
sekujur tubuhku merinding dan jantungku berdegup kencang.
“ayo lepaskan pelukanmu… kau harus latihan
Yongguk~” kataku sambil mencoba melepas pelukannya. Agar aku tak mati akibat
detak jantungku yang begitu kencang.
“panggil aku Oppa dan aku akan melepaskan
pelukanku” katanya jahil. Karena tak tahu harus berbuat apa, aku turuti
permintaannya
“oppa~ lepaskan aku hampir mati kekurangan
oksigen~” kataku
“ne~ jagiya~” ia melepas pelukannya sambil
tersenyum bahagia
“nanti malam angkat telponku~” katanya
“ne oppa~ sebaiknya kau konsentrasi pada
latihanmu… dan jaga kesehatanmu”
“tentu! Sekarang aku pergi latihan! Bye~ BABY~
” jawabnya mantap sambil pergi menjauh
“bye~” seperti yang sebelumnya ia berbalik lagi
dan kali ini mengecup dahiku
“bye~” bisiknya. Tindakannya tadi sudah membuat
wajahku seperti kepiting rebus sekarang. Dan kali ini dia benar-benar pergi.
-cont-