Amudo mollae saranghae
Amudo mollae saenggakhae
Sesange neowa naman
Algo inneun sarang
Haru jongil neol gieokhae
Haru jongil neol saranghae
Gamogirado joha
Neo hana neoman isseumyeon sara
Nugunga
Arachae beorilkka mam pyeonhi mot georeo danineun gangnamgeori
Eoduun bam
Garodeung neonsainmani uri saireul chukbokhaneun i kkori gaseum
apeuda
Manheun saramdeul apeseoneun bangaun mal
Dan hanmadi mot geonneneun na
Aeteutae gamseongiran teulboda iseongiran teurane gatyeobeorin
uriga
Sudah
setahun aku dan Yongguk oppa menjalani cinta tersembunyi ini. Aku dan dia
selalu menyanyikan lagu ini setiap kita bertemu. Dan aku selalu menangis setiap
kami melantunkannya bersama, dan dia hanya akan menutup mata dan memeluk erat
tubuhku hangat sambil berkata “semua akan baik-baik saja”. Kami bertemu hanya
sebulan sekali dan selalu diam-diam agar tak satupun dari fans Yongguk
mengetahuinya. Seperti biasa ia akan menggunakan jaket yang menutupinya hingga
bagian leher dan tidak lupa ia menggunakan kacamata beserta topi kupluk
kesayangannya. Untung saja hingga detik ini tak ada satupun fansnya mengetahui
penyamarannya.
Flashback
Pluk!
“Agh!” suara seseorang saat aku melempar botol bekas minuman kalengku ke
pinggir sungai. Saat aku menghampiri sumber suara, ternyata disana ada sosok
seorang namja yang sedang menggosok kepalanya dan menatapku garang. Sepertinya
orang ini baru bangun tidur terlihat dari matanya yang masih berair. Dengan
pebuh rasa bersalah aku menghampirinya
“akh,
mianhae~”
“sebegitu
mudahkah kau meminta maaf padaku?” jawabnya ketus
“maaf
benar benar aku tak sengaja melemparnya” jawabku memelas
tapi bukannya kata
pengampunan yang diberikan, ia malah melempar balik botol kaleng bekas tadi
kekepalaku.
“awww!
Sakit! Apa yang kau lakukan?” marahku meluap-luap
“sudah
tahu bagaimana rasanya?” jawabnya
“aku
kan sudah bilang bahwa itu tak disengaja”
“anggap
saja tadi itu aku juga tak sengaja” jawabnya enteng
“aish~
chinca~ “
sudah bersiap-siap
ingin kulempar lagi botol itu ke wajahnya, tapi dengan sigap ia menahan
tanganku dan menggenggamnya dengan erat, sangat erat hingga sakit rasanya. Dan
tak kusadari wajahnya sangat dekat dengan wajahku, dan tatapan kami bertemu.
Kita saling diam dan menatap satu sama lain beberapa detik. Dan baru aku sadar
bahwa namja ini memiliki kharisma yang sungguh luar biasa, hingga terpaku aku melihatnya.
Wajahnya tak tampan juga tak jelek, tapi sangat mempesona.
“bruk!” aku di dorong ketanah begitu saja olehnya
“apa yang kau…!” mulutku dibekap dengan
tangannya
“sssssst! Diam” sambil merundukkan badannya dan
kini ia menindih tubuhku. Aish~ namja ini keterlaluan, apa yang ia lakukan
padaku. Tapi, kemudian ada suara orang menyahut-nyahut sepertinya mencari
seseorang.
“Yongguk! Yongguk! Kamu dimana? ayo latihan!”
suara seseorang memanggil.
“Sepertinya
orang itu mencari namja ini” pikirku
seperti tahu
pikiranku, ia langsung menatapku dan seolah berkata
“tolong jangan berteriak! Tolong”
dan entah ada apa, aku
hanya diam dan pasrah dibekap dan ditindih olehnya selama beberapa saat, hingga
suara tadi menghilang. Dia bangun dan terduduk disampingku.
“syukurlah~” helanya
“apa? Syukur kenapa?” tanyaku penasaran
“akh~ ani~ aniyo” jawabnya
karena aku sangat
penasaran akupun mengancamnya
“jika kau tak memberitahuku aku akan memanggil
orang tadi untuk menangkapmu” kataku
namun, tak ku sangka ia
malah menenggelamkan wajah pada tangannya. Melihat reaksinya aku bersiap bangun
untuk mencari orang tadi. Tapi, sebuah tangan mencegahku pergi. Saat aku
berbalik bersiap memarahinya, raut wajahnya berubah menjadi sedih. Melihat itu
aku langsung duduk kembali keposisi awal, dan mendekatinya.
“jangan, tolong jangan lakukan itu.” Katanya
lirih
aku mengelus rambutnya
lembut agar membuatnya tenang. Kharismanya tadi hilang seketika, dan terganti
oleh duka yang menyelimuti wajahnya sekarang. Dengan lembut aku coba bertanya
“ada apa sebenarnya?”
“aku sudah lelah, aku lelah sekali” jawabnya
sambil terus mengelus
rambutnya, aku mencoba bertanya
“ceritakan padaku, mungkin aku bisa membantu”
dengan enggan ia membuka
mulutnya
“aku… aku sangat lelah dengan hidup ini. Aku
lelah dengan nasibku. Aku lelah dengan hidupku. Aku lelah harus latihan seiap
hari demi membantu ekonomi keluargaku. Aku harus berlatih dan berlatih demi
menjadi seorang artis. demi merubah keadaan keluargaku” katanya sambil menahan
emosi
“aku
mengerti sekarang… tapi, apakah kau punya cita-cita?” kataku
“aku ingin menjadi seorang penyanyi hebat bukan
sebagai trainee yang digantung seperti ini” katanya
“seorang penyanyi hebat muncul dari seorang
trainee yang tak pernah putus asa, kau tahu?”
“aku sangat tahu itu, tapi tak pernah seorang
pun pernah mau menyemangatiku untuk terus berusaha. Aku selalu merasa bahwa
semua yang kulakukan sia-sia dan percuma” suaranya mulai bergetar
“jadi kau ingin ada seseorang yang
menyemangatimu?” kataku
dan ia hanya
mengangguk perlahan. Melihat tingkahnya itu aku jadi sangat iba dan berhenti
mengelus rambutnya untuk menahan emosiku. Tapi, tangannya mengambil tanganku
dan menaruhnya pada kepalanya lagi.
“jangan berhenti mengelus rambutku, aku sangat
nyaman seperti ini” katanya dan aku hanya menurutinya.
“siapa namamu?” tanyanya
“akh, ne~ aku~ namaku Kang Min Young, panggil
saja min young, km?” jawabku
“oooh~ minyoung, aku yongguk, Bang Yong Guk”
katanya
“maaf tadi aku melempar botol padamu” kataku
menyesal
“ah ne~ aku juga maafkan aku” katanya
tidak terasa hari
sudah gelap.
“aigoo~ ini sudah jam 8??” kataku
“kenapa? Kau mau pulang?”
“iya~ aku ingin melanjutkan tugasku”
“ooh! Aku antar kau pulang” katanya
“ah~ tidak apa-apa, aku bisa pulang sendiri.
Kau juga sebaiknya pulang Yongguk”
“tidak, tidak apa-apa, lagi pula aku yang menahanmu tadi, kajja!”
ajaknya sambil beranjak dari duduknya
kami berjalan menuju rumahku. Dia menggenggam
tanganku erat, seolah takut terjadi apa-apa. Kami hanya diam sepenjang
perjalanan pulang kerumahku. Sesampainya didepan rumahku.
“sudah, kita sudah sampai” kataku
“akh~ ini rumahmu?” tanyanya sambil melepas
tangannya
“ne~ gomawo~” kataku
“iya, sama-sama, eeeeng~ apakah kau sudah punya
pacar?” tanyanya malu
“belum, kenapa?” jawabku heran
“tidak, aku hanya takut kalau nanti pacarmu
marah kau pergi bersamaku tadi” katanya
“oh~ tidak apa-apa, tidak akan ada yang marah”
kataku
“ummm~ jadi~” katanya
“jadi apa?” tanyaku
“aku boleh tahu nomor ponselmu?” katanya
“boleh, untuk apa?”
“aku ingin kau menyemangatiku latihan.” Katanya
malu
“ini, telpon saja saat kau butuh semangat!”
seruku
“aish~ kau benar-benar baik, oke nanti malam
aku telpon” sambil beranjak pergi.
“oke!”
tapi dia berbalik
lagi. Dan dengan cepat mencium pipiku.
“bye~” katanya sambil berlari
“…” aku hanya bisa melambai dan tersenyum
“aku tunggu nanti malam” kataku dalam hati
-cont-
0 komentar:
Post a Comment